Buat kawan blog dan pembaca setia blog saya, kali ini saya akan mengangkat fenomena yang sering terjadi disekitar kita dan terkadang kita seakan-akan tidak tahu atau merasa acuh tak acuh atau pura-pura tidak tahu. Hal ini sudah menjadi tontonan biasa buat kita semua, tapi hanya sebagian kecil saja yang memperhatikan hal tersebut.
I. LANDASAN AGAMA
Pergaulan yang semakin bebas membuat orang mudah dan leluasa mengenal antara satu dan lainnya. Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum yang tak bisa kita pungkiri lagi, sehingga tak heran jika banyak sekali anak-anak remaja “jaman sekarang” sudah berani menampakan dirinya didepan umum bergandengan tangan bersama kekasihnya, para remaja putri tebar pesona didepan umum dengan lekuk tubuh seksinya, hubungan dengan lawan jenis yang berlebihan membuat nama zina menjadi hal biasa di kehidupan kita sehari-hari. Tentunya hal ini tidak dianjurkan dalam islam, jangankan melakukannya mendekatinya saja sudah dilarang oleh islam. Perbuatan zina merupakan sebuah perbuatan yang keji, yang dapat mendatangkan kemudharatan bukan hanya kepada pelakunya, namun juga kepada orang lain.
Banyak sekali dalil-dalil baik dari Al Quran maupun hadist yang melarang perbuatan zina ini. Dalil-dalil yang berisi larangan untuk melakukan perbuatan zina diantaranya adalah:
Beberapa dalil di dalam Al-qur’an menyebutkan bahwa:
Didalam surat An-Nur ayat 2-3 bahwasanya “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin,” (an-Nuur: 2-3).
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32)
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69).
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12).
Selain dari dalil Al-Qur’an diatas, terdapat juga Hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan akan hal tersebut:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah saw. bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin,”
Masih diriwayatkan darinya dari Nabi saw. beliau bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka kembalilah keimanan itu kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4690]).
Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,” (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [103]).
II. FAKTA YANG TERJADI
Ketika fitnah syahwat kian tak terkendali, ketika seks pranikah semakin merajalela, terutama yang dilakukan oleh kaum muda yang masih duduk di bangku-bangku sekolah, mulai dari anak-anak SD, SMP, SMA sampai perhuruan tinggi melakukan hal tersebut. Seperti saya katakan diatas tadi bahwa hal ini sudah menjadi rahasia umum dan sudah menjadi hal biasa yang menjadi tontonan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah artikel menjelaskan bahwa pergaulan bebas adalah salah satu kelakuan dari kenakalan anak remaja. Dimana perilaku tersebut disebabkan oleh 2 faktor dasar yakni faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yakni disebabkan oleh diri remaja itu sendiri karena terjadinya krisis identitas yaitu perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Selain itu juga adanya kontrol diri yang lemah mengakibatkan remaja tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternalpun tak kalah mendukung yang mengakibatkan hal tersebut terjadi bahwasanya keluarga adalah orang-orang yang pertama yang paling berpengaruh karena disinilah si anak tumbuh dan berkembang. Banyak sekali kasus-kasus dalam keluarga sehingga anak lebih nyaman mencari kehidupan diluar dibandingkan didalam rumahnya bersama keluarganya. Mulai dari kasus perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Selain itu juga teman sebaya yang tidak baik sangat berpengaruh sapai ia memasuki ranah yang lebih besar lagi yaitu komunitas atau lingkungan yang kurang baik untuk perkembangannya. Dari beberapa hal tersebut tak heran bukan kalau banyak sekali kita lihat anak-anak remaja yang “nakal”.
III. KAJIAN PSIKOLOGI
Dari kasus-kasus diatas mulai dari zina yang bertebaran dimana-mana yang dilakukan oleh anak-anak remaja tentunya dan didukung oleh sikap dan tingkah laku keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekitar. Menurut pandangan psikoanalisa salah satu penyusun psikis manusia yang dinyatakan oleh Sigmund Freud bahwa id bersifat unconscius yang mempunyai prinsip kesenangan belaka, lebih mengutamakan materi, hawa nafsu (duniawi) dan tidak peduli baik atau buruk yang terpenting memuaskan.
Ketika manusia akhil baligh yang di tandai dengan menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki, di saat itu hormon seks mulai bekerja, maka naluri sekspun muncul. Didalam unsur id terdapat syahwat terhadap lawan jenis yang akan memberikan dorongan yang kuat untuk melakukan seks dengan lawan jenis, ketika superego (norma baik dalam diri) lemah maka ego akan merealisasikan keinginan id, jika hal tersebut di lakukan terhadap suami istri tentu tidak ada masalah, namun jika di lakukan dengan bukan mahramnya atau dengan orang yang tidak pantas melakukan seks dengan orang lain, hal inilah yang disebut zina. Masa sekarang ini seolah-olah ada pembenaran bahwa berpacaran berarti boleh melakukan seks, menurut allah SWT, pacaran atau tidak hukumnya adalah haram dan hal itu di sebut zina.
Terlepas dari zina sughra atau kubra, pandangan psikologis dari ayat allah tersebut bersifat umum. pandangan psikologisnya, manusia yang beragama tentu percaya tuhan beserta hukumnya, sejak kecil sudah ada penanaman nilai yang buruk terhadap perbuatan zina. Artinya semua hal tersebut masuk kedalam alam bawah sadar dan tersimpan secara laten, makna laten adalah hal tersebut dapat muncul apabila ada pemicunya. jauh di alam bawah sadar kita mengakui bahwa nilai yang di tanam dalam alam bawah sadar adalah benar namun ketika godaan muncul, timbul dorongan seks maka hal pertama yang muncul adalah konflik dalam diri, seperti setan dan malaikat, beradu siapa yang dominan dalam diri. Konflik ini pun sudah mempengaruhi psikis kita dengan menjadikan kita salah tingkah, konsentrasi mudah buyar, berbicara kadang-kadang tidak jelas, sering mencari alasan tidak wajar bila di tanya tentang perasaan, dan lain sebagainya. Kemudian bila konflik di menangkan oleh id maka terjadilah zina yang sering terjadi di tempat yang tidak layak.
Ketika kita melakukan zina maka tanpa kita sadari ribuan syaraf bencampur aduk tidak jelas, mata melirik kanan kiri melihat situasi apakah ada yang melihat, tangan sibuk menggerayangi sementara pikiran beradu dengan norma yang baik dalam diri. Percampuran tersebut membentuk suatu psikis baru seperti pembohong untuk menutupi malu, keadaan diri yang mudah tersinggung dan lain sebagainya.
Penelitian baru-baru ini mengatakan bahwa manusia lebih mementingkan kehangatan hubungan, kasih sayang, sahabat bicara yang bijaksana, sahabat yang selalu memberikan saran. intinya manusia lebih membutuhkan kebutuhan rohani dari sekedar seks belaka. Penelitian terbaru juga mengatakan bahwa seks memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan, penelitian ini juga benar, karena terdapat banyak fakta yang membuktikan seperti mambuat awet muda, membuat jantung sehat. contoh, jika saat dulu seorang wanita memiliki jerawat yang banyak namun saat menikah dan melakukan seks jerawatnya hilang . Mari kita simak, seks yang di ungkapkan oleh peneliti tersebut jika dilakukan dengan perasaan yang nyaman tanpa ada perasaan takut dosa seperti yang dilakukan oleh suami istri, bukan karena berzina. Jika berzina maka justru sebaliknya yang akan terjadi yaitu mudharat bagi psikologis dan kesehatan jasmani.
Menurut Bandura dalam teori modelling bahwasanya seorang individu dapat berubah perilakunya akibat meniru figur yang dilihatnya. Hal tersebut dapat menjadi perilaku yang salah apabila yang ia lihat adalah sosok yang mencerminkan perilaku buruk akan tetapi sebaliknya seorang individu akan menjadi baik jika sosok yang ditirunya memiliki perilaku yang baik. Begitu juga halnya dengan para remaja kita sekarang, sesering mungkin para remaja itu diperlihatkan dengan tingkah laku pacaran yang sudah melewati batas atau layaknya hubungan pasangan suami istri akan menimbulkan perilaku yang sama pada remaja tersebut.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan landasan agama yang dikuatkan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadist nabi Muhammad SAW bahwasanya kita semua dilarang untuk mendekati zina karena hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang keji di hadapan Allah SWT, seperti yang terkandung dalam surat Al-Israa’ ayat 32 bahwa “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,”. Oleh karena itu kita sebagai seorang mukmin harus memperhatikan hal tersebut.
Dengan bebasnya para remaja bergaul sebenarnya membuat kita menjadi was-was apabila tidak ada yang mampu mengontrol kehidupan mereka. Dimana masa remaja adalah masa-masa pencarian jati diri mereka, apabila tidak adanya sosok yang dapat ditiru yang mempunyai perilaku yang baik maka iapun akan “tersesat”.
Keluarga disinilah yang mempunyai peran utama dan memiliki andil yang cukup besar. Dari kehidupan keluargalah mereka dididik sedini mungkin mengenai pemahaman agama. Kemudian berlanjut ke masah pergaulan utamanya sex ketika sudah waktunya mereka untuk mengetahuinya. Jadi jangan biarkan mereka mencari sendiri diluar sana yang mengakibatkan ia menjadi penasaran dan ingin mencoba hal-hal yang tak diinginkan sehingga ia dapat dengan mudah mendekati zina.
Dengan pemahaman tersebut yang didasari oleh nilai-nilai agama maka ia akan mudah menguntrol egonya, dimana ketika idnya menginginkan hal tersebut maka super egonya bisa mengintrol yang didasari dari nilai-nilai agama, etika dan estetika sehingga ia tidak mementingkan egonya untuk menuruti id tersebut.
Kembali ke peranan keluarga, orang tua harus memperhatikan hal tersebut sehingga mereka harusnya menjadi sosok yang patut ditiru oleh si anak. Seperti teori modelling anak akan menjadi salah dalam bertingkah laku apabila sosok yang ia tiru memiliki perilaku yang menyimpang.
Beralih ke teman sebaya, apabila peran orang tua bisa dikatakan sukses maka dalam pertemanannyapun dapat terkontrol dimana dalam kehidupan sehari-harinya telah ditanamkan etika-etika yang baik sehingga ketika ia bergaul diluar sana maka ia akan membawa etika tersebut sampai ranahnya kelingkungan sekitar atau masuk dalam ranah komunitas.
Akan tetapi berbeda halnya ketika terdapat konflik di dalam keluarga ketika si anak sudah merasa bosan dan tidak nyaman atas tingkah laku orang tua yang terjadi dalam konflik keluarga tersebut membuat ia mencari-cari kehidupan diluar dan bisa saja ia menyimpang dari nilai-nilai agama.
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Selain itu juga adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama yaitu untuk mengontrol dirinya. Adanya kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja agar anak merasa nyaman dan ada rasa memiliki dalam keluarga sehingga ia tidak lagi mencari kehidupan di luar rumah yang dikhawatirkan dapat menimbulkan tingkah laku yang salah. Selain itu juga terdapat pada diri remaja itu sendiri apabila ia pandai memilih teman dan lingkungan yang baik maka ia dapat mengontrol dirinya dari nafsu yang mendekati zina, ia dapat membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan, serta orangtua juga harus memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.